MARCHING BAND PRIME ONE SCHOOL

MARCHING BAND PRIME ONE SCHOOL
MARCHING BAND dari Prime One School (POS) Medan ikut memeriahkan acara Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih di Kelurahan Medan Kota tadi pagi, dalam acara yang digelar PSMTI. (Foto : Munazad)

Buddha Tzu Chi Terbuka untuk Semua Agama dan Kalangan


Yayasan Buddha Tzu Chi Medan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum. Perekrutan relawan dibuka untuk memperkuat misi sosialnya di tengah masyarakat dunia. Setiap sebulan sekali pada minggu terakhir,Yayasan Buddha Tzu Chi Medan menggelar sosialisasi untuk menyampaikan visi dan misinya di tengah masyarakat. Sosialisasi itu juga merekrut sukarelawan baru yang akan dibuka September mendatang. Sosialisasi terakhir dilakukan Buddha Tzu Chi pada Minggu (23/05) di sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi, Medan Jalan Boulevard, Kompleks Cemara Asri, Medan. Pada acara itu, lebih dari 50 orang ikut menghadiri sosialisasi tersebut. Tidak hanya warga Tionghoa Medan  meramaikan sosialisasi tersebut, namun  beberapa warga pribumi terlibat dalam acara tersebut.
    Salah seorang relawan Buddha Tzu Chi, Handra memaparkan kepada peserta  Yayasan Buddha Tzu Chi didirikan Master Cheng Yen sejak 43 tahun lalu.Dengan hati penuh welas asih,setiap relawan Buddha Tzu Chi menjalankan aktivitas bakti sosialnya dengan penuh keikhlasan. Hal ini menjadi salah satu kekuatan Yayasan Buddha Tzu Chi untuk terus eksis dan bahkan  menyebar sampai ke Afrika. ”Para relawan selalu bekerja dengan rasa welas asih dan kerelaan hati  membantu sesama manusia yang membutuhkan,” paparnya. Handra juga mengungkapkan, misi Yayasan Buddha Tzu Chi selain menolong sesama makhluk yang menderita, mengembangkan kebahagiaan, melenyapkan penderitaan, menciptakan dunia Tzu Chi yang bersih dan suci.
    Juga dengan kebijaksanaan menunaikan tugas yang sempurna, mengajak kaum dermawan di seluruh dunia,bersamasama menanam jasa kebajikan, serta menciptakan bersama masyarakat  penuh dengan cinta kasih. Untuk diketahui, Yayasan Buddha Tzu Chi memiliki empat misi yakni misi amal, misi kesehatan, misi budaya kemanusiaan, misi pelestarian lingkungan, donor sum-sum (baru ada di Taiwan), misi relawan komunitas dan misi bantuan internasional. Acara sosialisasi yang digelar siang itu sangat diminati peserta. Hal itu terbukti dari antusias peserta yang mendengarkan visi misi tentang Buddha Tzu Chi. Handra menambahkan,Yayasan Buddha Tzu Chi tidak mengajarkan satu agama tertentu melainkan menjalankan ajaran agama yang telah dianut manusia sejak dulu.
    Dalam hal ini, dikarenakan sang pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan seorang Buddhis maka ajaran agama yang dijalankan yakni berdasarkan ajaran agama Buddha. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan peserta yang ingin menjadi relawan berasal dari agama lain. ”Sampai sekarang sudah banyak relawan Buddha Tzu Chi yang berasal dari agama Islam dan Kristen” jelasnya. Hal tersebut membuktikan  Yayasan Buddha Tzu Chi terbuka untuk semua agama yang ingin ikut membantu sesama manusia . Sementara itu, salah seorang peserta Angel, 31, mengaku keikutsertaannya dalam acara itu karena mengetahui visi misi Buddha Tzu Chi untuk membantu manusia yang sangat sempurna.
     ”Dulu saya beranggapan Buddha Tzu Chi hanyalah lembaga keagamaan, ternyata Buddha Tzu Chi memiliki nilai sosial yang patut menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lainnya” ungkapnya. Hal senada disampaikan Yuda, 29,Yayasan Buddha Tzu Chi selain memiliki visi dan misi sosial membantu manusia,para relawan yayasan tersebut juga menghormati agama lain. Tidak sedikit para relawannya berasal dari agama lain dan bahkan Yayasan Buddha Tzu Chi juga sudah memiliki cabang di Afrika yang notabenya berbeda kulit, ras dan agama. ”Namun Buddha Tzu Chi tidak menganut dan tidak memihak satu ras, suku, bangsa dan agam tertentu. Makanya Yayasan Buddha Tzu Chi terbuka untuk semua kalangan,”paparnya. (RV/bbs)  
 

Tzu Chi Mengubah Sampah Jadi Emas


Yayasan Buddha Tzu Chi memiliki program mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna.Bahkan,yayasan ini memiliki moto,yakni mengubah sampah menjadi emas dan mengubah emas menjadi cinta kasih.
                            Salah seorang sukarelawan Buddha Tzu Chi,  Rusli menyatakan,moto ini menjadi pegangan bagi para sukarelawannya untuk terus mengajak masyarakat memanfaatkan sampah. Program daur ulang sampah tersebut sesuai ajaran Master Cheng Yen selaku pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi.
       “Master Cheng Yen mengungkapkan, bila dunia bersih dari sampah, hati akan terasa tenang.Ketenangan hati merupakan dasar menuju kebijaksanaan,”paparnya kepada wartawan kemarin di Medan. Untuk mendukung salah satu programnya ini, Yayasan Buddha Tzu Chi,Medan,yang beralamat di Jalan Boulevard,Kompleks Cemara Asri, ini menyediakan tempat penampungan sampah.
       Setiap masyarakat diperbolehkan menyumbangkan sampah ke Yayasan Budha Tzu Chi tersebut untuk didaur ulang kembali. Selanjutnya para sukarelawan mengumpulkan, memilah sesuai jenisnya,kemudian mendaur ulang sampah-sampah itu. “Sampah-sampah yang kami kumpulkan di Medan akan dibawa ke Jakarta dan diolah di sana menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat,” tuturnya. Rusli menambahkan, manfaat program daur ulang sampah itu sangat banyak.
         Salah satunya,mereka bisa mendirikan stasiun televisi swasta bernama Da Ai TV.
Pakaian seragam para sukarelawan Buddha Tzu Chi juga berasal dari daur ulang sampah. “Siapa sangka dari mendaur ulang sampah yang tidak terpakai lagi bisa mendirikan sebuah stasiun televisi,”ungkapnya. Rusli mengimbau seluruh warga yang memiliki sampah yang tidak terpakai lagi agar menyumbangkannya ke Yayasan Buddha Tzu Chi,Medan.
     Salah seorang warga Jalan Gunung Krakatau, Medan, Rini, 26, mengungkapkan, dia sudah rutin menyumbangkan sampah ke Yayasan Buddha Tzu Chi setiap seminggu sekali. Sampah-sampah yang dia sumbangkan berupa bungkusan plastik dan bekas-bekas kertas yang tidak terpakai lagi. “Daripada dibuang dan mengotori lingkungan, lebih baik saya sumbangkan ke Yayasan Buddha Tzu Chi untuk didaur ulang dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat,”tandasnya. (
RV)